Sunday, July 06, 2008

"Je t'aime"

Dunia
Kuhirup sedikit
Kerna kutakut
Bisanya

Cinta
Kuhidu hati-hati
Kerna kugeruni
Hamanya

Kebenaran
Kugenggam kesakitan
Kerna kuakui
Baranya

Dunia, cinta dan kebenaran
Bahayanya seiring
Kerna kapal iman
Sering karam


dengan Nama-Nya
Putusku
“ Je t’aime”
Noktah.

puisi hidup

redhoku
pada sebuah senyum di wajah anak
sebuah tangis yang memekak
pada sebuah rengek memerahkan telinga
sebuah jerut kasih memerangkap masa
dijirus cinta yang tak dapat kuempang

adakah cinta ini Cinta-Nya?
bergelumang pengorbanan yang tak sudah
kemanisan cinta yang tak bertepi
adakah perjuangan tanpa air mata
tidak berdarah di kalbu
tidak terluka parah di tubuh?

redhoku
perjuanganku
engkau guruku
cintamu Cinta-Nya
menjadi puisi

**sarikeisarawak**

sesal terurai

TALI INI
TAK PERNAH KULEPAS
WALAU SIMPULANNYA
SUDAH TUA
MEREPUT

AKU GANTI BARU
LALU KUSIMPUL NIAT
SEHINGGA MAUT MERENTAP

KELAK DI MASYAR
BILA TANPA SEURAT BENANG
TIADA LAGI TALI
UNTUK KUSIMPUL
TIDAK TERURAI SESAL

**SARIKEISARAWAK***

hujung kudrat



bayang-bayang silam
mengekori senyuman yang kau kuntumkan

tangan melambai terkapai
tali yang dihulur
memeluk kemas sebuah tubuh
berhayun ke kiri ke kanan

namun dakapan mesra sebuah pertolongan
erat merapat di dada yang semakin hangat

terhuyung-hayanglah
walau setinggi mana tinggi ujian
tali itu, peluklah, dakaplah,rapatlah,
maka selamat hingga ke hujung kudrat

+++sarikeisarawak+++

tanpa kisah

kaki cacat menyapu lantai
tempang bersemangat melangkah
tersenyum sumbing merenung
payahnya tumit memijak bumi

Tuhan menyambut bila tersadung
Tuhan memeluk kalbu gelora
ombak sedih ditelan
seteguk demi seteguk
perlahan

asal kaki melangkah
senyum puas tetap melirik
tanpa kisah
belas insan penyayang


***sarikeisarawak***

hijab

hijab-hijab hitam

tanpa putus

bersenandung

syair-syair nafsu



bisik-bisik insaf

tanpa henti

merobek langsir hijab lusuh

menebuk lubang cahaya



jemukah kamu

menerobos hijab?

azammu

terburai?

gelap malam diusap zikir

kerdipan bintang
jarang menerang
dia mengerang
dalam gelita malam

angin sepoi bahasa
singgah sesaat di jendela resah
memeluk leher tegang
hangat disimbah keringat

suara lunak santun
membelai ubun
anak rambut tidak bersisir
lemah-lembut diusap zikir

indahnya manis sakitnya perih
berputar dia insan
dan sesungguhnya
begitu takdir Tuhan

selendang kudus

Selendang kudus , setanggi syurga
Selimuti subuhku, zikirkan pasrahmu
Cahaya di atas cahaya, selubunglah aku.

Doa senjata luput dari bibir.
Aqad kalbuku resah, goyah,
Tidak sah, saksi bertaut.

Dingin salji di kalbu,
Termeterai suatu ketika dulu,
Terlerai .

hitam

hijab-hijab hitam
tanpa putus
bersenandung
syair-syair nafsu

bisik-bisik insaf
tanpa henti
merobek langsir hijab lusuh
menebuk lubang cahaya

jemukah kamu
menerobos hijab?
azammu
terburai?

**sarikeisarawak**

damba

Betapa aku damba satu ruang vakum

Kuluah cinta, anak-anak, kekasih tanpa
Rasa dikhianati dunia yang berputar
Atas logika semata
Di lembayung rasional sebuah lisan
Yang tidak pernah berhenti

Tafakurku ini adalah buatan
Ruh seni dan halus
Saraf-saraf yang menjerit sakit
Bila hanya dijeling marah
Terasa meletup gunung berapi
Membuak dan terus menerus
Menjangkiti diri,hancur-lebur sebuah jasad

Yang kuat jadi rontok
Dek sebuah derita dalam jiwa
Sakit-sakit pening mental
Yang mengggigit,yang menggugat
sebuah tasik yang tak ingin
Direnangi namun dicampakkan batu

Bagaimana kecil pun
Bagaimana comel pun
Aku hanya ingin sendiri
Senyumku jangan dipertikai